Minggu, 02 September 2012
Pertanian Berkelanjutan Sistem Multiple Cropping
Optimalisasi Multiple Cropping Tanaman Sayuran
Petani Organik Daerah Pakem Kaliurang Yogyakarta
Dalam Menghadapi Ketidakpastian Iklim Dan Harga Pasar
Oleh : Dwi Apriani, Christin Widyaningsih,
Geterudis Kerans, Partiman
Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma-Yogyakarta
Pertanian memiliki prospek yang sangat baik kedepannya. Kebutuhan akan bahan pangan terutama sayuran semakin meningkat sepanjang tahun. Pada kenyataannya produksi sayuran tidak berjalan seimbang dengan tingkat kebutuhanya. Petani sayuran masih banyak mengalami kendala dalam mengoptimalkan produksi sayuran. Salah satu kendala yang dihadapi ialah ketidakpastian iklim yang langsung berpengaruh pada harga sayuran di pasar. Dari permasalahan tersebut, tim mencoba untuk mencari suatu bentuk sistem produksi yang sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi sayuran yaitu dengan pertanian organik sistem Multiple Crooping.
Salah satu keunggulan dari pertanian organik sistem Multiple Crooping adalah dapat menghasilkan panen dengan berbagai kombinasi jenis tanaman sayuran ( deversifikasi hasil ) dalam satu lahan. Hal tersebut menjadi ketertarikan sendiri bagi tim untuk mengadakan penelitian khususnya di daerah Pakem untuk mengetahui pengoptimalan lahan yang digunakan untuk menghasilkan panen dengan kualitas dan kuantitas yang baik sesuai dengan kebutuhan pasar. Daerah Pakem menjadi pilihan objek penelitian karena dilihat dari segi geografi, Pakem memiliki kondisi alam yang baik untuk bidang pertanian sehingga dapat mendukung kegiatan penelitian tim.
Penelitian dilakukan selama 5 bulan terhitung dari Januari–Mei 2012 di daerah Pojok-Pakem. Tim bekerjasama dengan kelompok petani organik anggota Gereja Katolik Maria Assumpta “Paguyuban Petani Organik Alam Lestari” yang meliputi 3 daerah di Pakem, yaitu : Daerah Pojok, Tebonan, dan Sidorejo. Selama kegiatan penelitian berlangsung, tidak terlepas dari bantuan Romo Wiryono Priyotamtomo, S.J selaku pendamping tim, Bu Rini selaku motivator kelompok petani organik anggota Gereja Katolik Maria Assumpta , Lembaga Rehabilitas Masyarakat Terdampak Erupsi Merapi Karitas Indonesia Keuskupan Agung Semarang dan Bapak Hariyanto selaku penggerak pertanian organik daerah Samigaluh-Kulon Progo yang ikut dalam mendampingi kelompok Paguyuban Petani Organik Alam Lestari – Pakem.
Kelompok tani sangat ramah dan terbuka pada tim dalam hal pengalaman bertaninya. Antusias mengikuti kegiatan bertani organik nampak dari semangat kerja dalam praktek pengolahan lahan, pembuatan pestisida, pembuatan pupuk, dan pertanyaan kritis yang muncul dari para petani ketika sedang mengadakan pertemuan. Dari hasil penelitian selama 5 bulan, tim mendapatkan hasil yang cukup memuaskan. Dimana apa yang menjadi bahan permasalahan dalam penelitian yaitu mengenai kombinasi jenis tanaman yang tepat dalam menghadapi ketidakpastian iklim dan harga pasar, terjawab ketika mengikuti alur kegiatan bertani organik yang dilakukan oleh Paguyuban Petani Organik Alam Lestari dan Bapak Hariyanto.
Luas lahan pertanian yang ada di daerah Pojok-Pakem adalah 1.000 m2. Dimana luas lahan tersebut dibagi untuk pembuatan bedeng dan akses. Bedeng dibagi menjadi 60 bedeng dengan ukuran masing-masing panjang bedeng 10 meter dan lebar bedeng 1 meter. Sedangkan untuk akses dibuat sebuah gubuk sebagai sarana tempat pembibitan, pemupukan, dan penjualan hasil panen karena dekat dengan jalan raya. Agar pertanian dapat berkelanjutan maka petani membagi jumlah bedeng yang ada yaitu 5 bedeng yang digunakan dalam tiap minggunya. Setelah 1 minggu, petani akan menanam kembali dengan jumlah bedeng yang sama. Dengan demikian, petani dapat memanen hasil secara bergilir dan berkelanjutan.
Pembagian kombinasi jenis tanaman dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu : kelompok tanaman daun ( kubis, sawi, caesin, bayam, kangkung, brokoli, selada ), kelompok tanaman buah ( cabai, tomat, terong ), kelompok tanaman umbi ( kentang, bawang, wortel, ubi jalar, beat ), dan kelompok tanaman kacang- kacang ( kacang panjang, kedelai, buncis, kacang tanah). Untuk rotasi tanaman, setiap bedeng yang sudah panen akan ditanam dengan kelompok tanaman yang berbeda. Misalnya, bedeng kelompok daun panen kemudian diganti dengan kelompok buah, demikian seterusnya. Pembagian kombinasi jenis tanaman dan rotasi tanaman dibuat demikian dengan tujuan untuk mengurangi resiko hama yang akan menyerang tanaman.
Pada prinsipnya kelompok tanaman tersebut dapat ditanam pada musim hujan ataupun kemarau, hanya saja yang perlu diperhatikan adalah pengaturan jarak antara tanaman dalam bedeng. Dimana pada musim penghujan, jarak antara tanaman dibuat lebih lebar dengan tujuan agar mendapatkan cahaya matahari yang cukup yaitu pada tanaman umur panjang dengan jarak 50 cm, dan tanaman umur pendek 25 cm. Sedangkan untuk musim kemarau, tanaman umur panjang jaraknya 40 cm, dan tanaman umur pendek 20 cm. Dari perhitungan jarak antara tanaman tersebut, dapat ditentukan pula jumlah tanaman yang ada pada tiap bedeng. Hal ini mempermudahkan dalam penghitungan jumlah hasil panen dalam tiap bedeng. Selain itu, dapat mensiasati kerugian yaitu dengan memberikan tanaman selingan di dalam tiap bedeng. Sehingga penggunaan lahan akan lebih efektif dan hasil yang didapat lebih bervariasi.
0 komentar:
Posting Komentar