Pages

RSS

Welcome to my Blog
Hope you enjoy reading.

Selasa, 13 November 2012

Jumat, 09 November 2012

Sungai Baliem

Lembah Baliem (Sumber : amazingofindonesia.com)
Sungai baliem
Sungai baliem terletak di lembah baliem kabupaten Jayawijaya, propinsi Papua.lembah baliem terletak pada ketinggian ±1600 m diatas permukaan laut. Panjangnya 60-80 km dan lebar 15-20 km. temperature rata-rata tahunan 19,5 0C. Daerah lembah baliem terdapat Aliran sungai baliem yang mengalir melewati kota wamena. Suhu air Sungai Baliem 14 0C—18 0C yang artinya airnya dingin. Air yang dingin akan berpengaruh pada pertumbuhan ikan. Semakin dingin air, pertumbuhan ikan semakin melambat. Untuk tingkat keasaman, kandungan oksigen, kedalaman, kecerahan dan alkalinitas air Sungai Baliem dapat dilihat dari data sebagai berikut. pH 6,8—7,5; oksigen 4,1—4,3 mg/L; kedalaman 0,60—3,7 m; kecepatan arus 0,09—0,92 m/det.; kecerahan 17—160 cm; alkalinitas 56,27 mg/L CaCO3. Data ini menunjukan bahwa tingkat keasaman air ini baik untuk pertumbuhan organisme air seperti ikan, kandungan oksigennya relative cukup untuk kehidupan air. Untuk kadar alkalinitasnya masih tergolong baik karena masih berada dibawah angka 500 mg/L CaCO3. Pada daerah aliran sungai baliem ditemukan jenis hewan yang memiliki manfaat bagi masyarakat lokal sebagai bahan pangan yang memiliki kandungan gizi tinggi, bahkan di dalam kehidupan sosiokultural masyarakat Lembah Baliem merupakan salah satu jenis hewan yang memiliki nilai adat tinggi seperti halnya babi (wam) dan ubi (hipiri). Hewan ini termasuk jenis Cherax spp. Hewan jenis Cherax spp yang ditemukan di Sungai Baliem menyukai substrat lumpur, karena ternyata lumpur berfungsi sebagai tempat bernaung (shelter). Hewan ini melakukan migrasi kearah pinggiran sungai pada malam hari, dan pada siang hari mereka akan kembali ke perairan dalam. Jenis-jenis Cherax dengan perbedaan morfologi dan nama daerahnya adalah sebagai berikut: huna esiwa, lokopalek, ebe, pawika, yugi, oaki, ekisok, yokose. Pada daerah pinggiran sungai baliem terdapat kawasan rawa-rawa. Kawasan ini rawan dan mudah banjir. Kawasan rawa ini dimanfaatkan masyarakat untuk melepas hewan peliharaan babi. Tumbuhan yang mendominasi adalah Pragmites karka dan Echinochloa colona. Untuk selanjutnya, lahan ini baik untuk daerah persawahan bagi para masyarakat lembah Baliem. Jika daerah aliran sungai ini benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat maka dalam 10-20 tahun ke depan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain dapat dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata, sungai ini dapat dimanfaatkan bagi pertanian dan perkebunan masyarakat lembah Baliem.
DAFTAR PUSTAKA
Irin Iriana Kusmini, dkk. Keanekaragaman Hayati Cherax spp. Di Sungai Baliem (Jayawijaya) dan Habitatnya. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=keanekaragaman%20flora%20dan%20fauna%20sungai%20baliem%20di%20papua&source=web&cd=4&cad=rja&sqi=2&ved=0CCsQFjAD&url=http%3A%2F%2Fujp.ucoz.com%2F32-PAPUA.pdf&ei=AIOYUIbON8nPrQe604CYAg&usg=AFQjCNFLfzWZHMyu6QAq-8MSBvG0uVPoOQ. Diunduh 30 oktober 2012 Purwanto. 2003. Studi Etnoekologi Masyarakat Dani-Baliem dan Perubahan Lingkungan Lembah Baliem, Jayawijaya, Irian Jaya. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=ekosistem%20sungai%20baliem%20di%20papua&source=web&cd=5&cad=rja&sqi=2&ved=0CDUQFjAE&url=http%3A%2F%2Fwww.papuaweb.org%2Fdlib%2Fbk1%2Fkepas%2F08.pdf&ei=p4OYUJnMF8jSrQemi4DICw&usg=AFQjCNGmR1XiMH38QUXPY9rhwjqAMRiECg. Diunduh 30 oktober 2012

Konservasi tanah dan air

“ KONSERVASI TANAH DAN AIR”

A. Pengertian konservasi tanah dan air Konservasi tanah merupakan penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memberlakukan tanah sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad 1989:29). Konservasi tanah juga dapat dikatakan sebagai usaha yang dilakukan untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang telah rusak oleh erosi. Konservasi tanah dilakukan dengan tujuan agar meminimumkan erosi pada suatu lahan. Konservasi tanah memiliki kaitan yang erat dengan konservasi air. Konservasi air merupakan penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin dan mengatur waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang dapat merusak lahan pada musim hujan dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau. Secara lengkap dapat dituliskan bahwa konservasi tanah dan air merupakan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila produktifitas tanah suatu lahan menurun karena adanya erosi maka akan berpengaruh pada kualitas air baik untuk irigasi maupun untuk kebutuhan manusia. Air akan menjadi tercemar dan jumlah air bersih menjadi berkurang.
B. Metode konservasi tanah dan air Untuk mengatasi berbagai ancaman kerusakan tanah, perlu dilakukan konservasi terhadap tanah dan air dengan menggunakan teknologi-teknologi yang dapat diterapkan pada setiap penggunaan tanah dan air. Teknologi-teknologi ini akan menentukan penggunaan dan produksi yang lestari pada suatu bidang tanah yang digarap. Adapun beberapa metode yang digunakan dalam konservasi tanah dan air antara lain :
1. Metode Vegetatif Metode ini merupakan suatu metode konservasi yang dilakukan secara biologi dengan menggunaan tanaman penutup tanah sebagai pelindung tanah dari daya perusakan tanah oleh erosi, pelindung tanah dari daya perusak aliran permukaan, memperbaiki struktur tanah, menambah unsure hara tanah, serta mencegah proses pencucian unsure hara tanah. Syarat-syarat tanaman penutup tanah antara lain:  Daunnya banyak dan dapat berkembang.  Tahan terhadap pangkasan.  Mampu menekan tanaman pengganggu.  Tahan terhadap kekeringan dan penyakit.  Tidak berduri dan bersulur yang membelit. Selain menggunakan tanaman penutup tanah, metode ini juga bisa dilakukan dengan cara Reboisasi, penanaman secara kontur, penanaman berselang-seling dan pergiliran tanaman.
2. Metode Mekanik Merupakan cara pengelolaan lahan dengan sarana fisik seperti batu dan tanah yang bertujuan untuk mengurangi erosi dan memperlambat aliran air dipermukaan serta menampung dan mengalirkan air permukaan. Teknik ini bisa dilakukan dengan pengelolaan lahan dengan mencangkul dan memeratakan tanah mengikuti alur-alur tertentu sehingga dapat menghambat aliran air dan mencegah erosi sehingga memungkinkan konservasi pada daerah yang kering. Selain itu juga dapat dilakukan dengan membuat terras pada lahan yang miring sehingga menjadi bertingkat-tingkat. Hal ini bertujuan untuk mengurani kecepatan laju air, menahan dan menampung air sehingga lebih banyak air yang dapat di serap.
3. Metode Kimia Merupakan suatu cara konservasi dengan menggunakan bahan kimia seperti soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah lainnya sehingga tanah menjadi resisten terhadap erosi. Bahan kimia seperti soil conditioner memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap stabilitas tanah serta pengaruhnya lebih lama. soil conditioner ini baik digunakan bagi lahan yang baru dibuka karena mampu bertahan terhadap mikroba tanah.
C. Contoh Konservasi tanah dan air Daerah Pakem Kaliurang Pakem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Lokasi ibu kota kecamatan Pakem berada di 77.66708‘ LS dan 110.42011‘ BT. Kecamatan Pakem mempunyai luas wilayah 4.384,04 Ha. Sebagian besar penduduk Kecamatan Pakem adalah Petani. Para petani daerah pakem melakukan konservasi tanah dan air dengan membuat terras-terras untuk menahan laju air sehingga lebih bayak air yang terserap dan pemanfaatan air secara lebih efektif. Untuk menjaga kelembapan tanah dan mengurangi erosi serta penguapan yang berlebihan pada tanah, para petani daerah Pakem Kaliurang menggunakan mulsa baik mulsa plastic maupun dengan menggunakan tanaman seperti rumput. Ada beberapa petani juga melakukan konservasi dengan pergiliran tanaman dan sistem Multiple Cropping.
D. LAMPIRAN

 Metode vegetative menggunakan mulsa plastic oleh petani daerah kaliurang yogyakarta.

 Metode vegetative dengan menggunakan rumput sebagi tanaman penutup serta metode mekanik dengan membuat terras dari tanah.
E. DAFTAR PUSTAKA  NN. Konservasi Tanah dan Air. file:///E:/semester%207/Pemanfaatan%20&%20konservasi%20lingk/Konservasi%20Tanah%20dan%20Air%20%C2%AB%20BebasBanjir2015.htm. Diunduh 5 november 2012.  NN. 2011. Metode Konservasi Tanah dan Air. file:///E:/semester%207/Pemanfaatan%20&%20konservasi%20lingk/metode-konservasi-tanah-dan-air.html. diunduh 5 november 2012.  Lansekap Pagi. 2012. Metode Konservasi Tanah dan Air (Metode Vegetatif). file:///E:/semester%207/Pemanfaatan%20&%20konservasi%20lingk/metode-konservasi-tanah-dan-air-metode.html. diunduh 5 november 2012.

Selasa, 02 Oktober 2012

Selasa, 25 September 2012

spermatophyta

Rabu, 05 September 2012

Biologi SelDOWNLOAD

Senin, 03 September 2012

Pertanian Organik Daerah Kulan Progo 




Minggu, 02 September 2012

Pertanian Berkelanjutan Sistem Multiple Cropping

Optimalisasi Multiple Cropping Tanaman Sayuran Petani Organik Daerah Pakem Kaliurang Yogyakarta Dalam Menghadapi Ketidakpastian Iklim Dan Harga Pasar Oleh : Dwi Apriani, Christin Widyaningsih, Geterudis Kerans, Partiman Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma-Yogyakarta Pertanian memiliki prospek yang sangat baik kedepannya. Kebutuhan akan bahan pangan terutama sayuran semakin meningkat sepanjang tahun. Pada kenyataannya produksi sayuran tidak berjalan seimbang dengan tingkat kebutuhanya. Petani sayuran masih banyak mengalami kendala dalam mengoptimalkan produksi sayuran. Salah satu kendala yang dihadapi ialah ketidakpastian iklim yang langsung berpengaruh pada harga sayuran di pasar. Dari permasalahan tersebut, tim mencoba untuk mencari suatu bentuk sistem produksi yang sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi sayuran yaitu dengan pertanian organik sistem Multiple Crooping. Salah satu keunggulan dari pertanian organik sistem Multiple Crooping adalah dapat menghasilkan panen dengan berbagai kombinasi jenis tanaman sayuran ( deversifikasi hasil ) dalam satu lahan. Hal tersebut menjadi ketertarikan sendiri bagi tim untuk mengadakan penelitian khususnya di daerah Pakem untuk mengetahui pengoptimalan lahan yang digunakan untuk menghasilkan panen dengan kualitas dan kuantitas yang baik sesuai dengan kebutuhan pasar. Daerah Pakem menjadi pilihan objek penelitian karena dilihat dari segi geografi, Pakem memiliki kondisi alam yang baik untuk bidang pertanian sehingga dapat mendukung kegiatan penelitian tim. Penelitian dilakukan selama 5 bulan terhitung dari Januari–Mei 2012 di daerah Pojok-Pakem. Tim bekerjasama dengan kelompok petani organik anggota Gereja Katolik Maria Assumpta “Paguyuban Petani Organik Alam Lestari” yang meliputi 3 daerah di Pakem, yaitu : Daerah Pojok, Tebonan, dan Sidorejo. Selama kegiatan penelitian berlangsung, tidak terlepas dari bantuan Romo Wiryono Priyotamtomo, S.J selaku pendamping tim, Bu Rini selaku motivator kelompok petani organik anggota Gereja Katolik Maria Assumpta , Lembaga Rehabilitas Masyarakat Terdampak Erupsi Merapi Karitas Indonesia Keuskupan Agung Semarang dan Bapak Hariyanto selaku penggerak pertanian organik daerah Samigaluh-Kulon Progo yang ikut dalam mendampingi kelompok Paguyuban Petani Organik Alam Lestari – Pakem. Kelompok tani sangat ramah dan terbuka pada tim dalam hal pengalaman bertaninya. Antusias mengikuti kegiatan bertani organik nampak dari semangat kerja dalam praktek pengolahan lahan, pembuatan pestisida, pembuatan pupuk, dan pertanyaan kritis yang muncul dari para petani ketika sedang mengadakan pertemuan. Dari hasil penelitian selama 5 bulan, tim mendapatkan hasil yang cukup memuaskan. Dimana apa yang menjadi bahan permasalahan dalam penelitian yaitu mengenai kombinasi jenis tanaman yang tepat dalam menghadapi ketidakpastian iklim dan harga pasar, terjawab ketika mengikuti alur kegiatan bertani organik yang dilakukan oleh Paguyuban Petani Organik Alam Lestari dan Bapak Hariyanto. Luas lahan pertanian yang ada di daerah Pojok-Pakem adalah 1.000 m2. Dimana luas lahan tersebut dibagi untuk pembuatan bedeng dan akses. Bedeng dibagi menjadi 60 bedeng dengan ukuran masing-masing panjang bedeng 10 meter dan lebar bedeng 1 meter. Sedangkan untuk akses dibuat sebuah gubuk sebagai sarana tempat pembibitan, pemupukan, dan penjualan hasil panen karena dekat dengan jalan raya. Agar pertanian dapat berkelanjutan maka petani membagi jumlah bedeng yang ada yaitu 5 bedeng yang digunakan dalam tiap minggunya. Setelah 1 minggu, petani akan menanam kembali dengan jumlah bedeng yang sama. Dengan demikian, petani dapat memanen hasil secara bergilir dan berkelanjutan. Pembagian kombinasi jenis tanaman dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu : kelompok tanaman daun ( kubis, sawi, caesin, bayam, kangkung, brokoli, selada ), kelompok tanaman buah ( cabai, tomat, terong ), kelompok tanaman umbi ( kentang, bawang, wortel, ubi jalar, beat ), dan kelompok tanaman kacang- kacang ( kacang panjang, kedelai, buncis, kacang tanah). Untuk rotasi tanaman, setiap bedeng yang sudah panen akan ditanam dengan kelompok tanaman yang berbeda. Misalnya, bedeng kelompok daun panen kemudian diganti dengan kelompok buah, demikian seterusnya. Pembagian kombinasi jenis tanaman dan rotasi tanaman dibuat demikian dengan tujuan untuk mengurangi resiko hama yang akan menyerang tanaman. Pada prinsipnya kelompok tanaman tersebut dapat ditanam pada musim hujan ataupun kemarau, hanya saja yang perlu diperhatikan adalah pengaturan jarak antara tanaman dalam bedeng. Dimana pada musim penghujan, jarak antara tanaman dibuat lebih lebar dengan tujuan agar mendapatkan cahaya matahari yang cukup yaitu pada tanaman umur panjang dengan jarak 50 cm, dan tanaman umur pendek 25 cm. Sedangkan untuk musim kemarau, tanaman umur panjang jaraknya 40 cm, dan tanaman umur pendek 20 cm. Dari perhitungan jarak antara tanaman tersebut, dapat ditentukan pula jumlah tanaman yang ada pada tiap bedeng. Hal ini mempermudahkan dalam penghitungan jumlah hasil panen dalam tiap bedeng. Selain itu, dapat mensiasati kerugian yaitu dengan memberikan tanaman selingan di dalam tiap bedeng. Sehingga penggunaan lahan akan lebih efektif dan hasil yang didapat lebih bervariasi.